Selasa, 15 Maret 2011

REDENOMINASI MATA UANG




Jakarta - Pernahkan anda membayangkan untuk
menerima gaji sebesar Rp 1.500 per bulan? Ya,
kemungkinan besar hal tersebut akan terjadi kira-
kira 5 tahun kedepan jika saat ini gaji anda
sebesar Rp 1,5 juta.

Pasalnya, Bank Indonesia (BI) tengah melakukan
pembahasan internal untuk dapat melakukan
redenominasi.

Redenominasi yaitu pengurangan
nilai pecahan tanpa mengurangi nilai dari uang
tersebut. Kasarnya, angka nol dalam sebuah
pecahan akan dikurangi, jika dikurangi 3 angka nol
maka Rp 1.000.000 akan menjadi Rp 1.000. "Redenominasi itu prosesnya akan dibicarakan
dulu dengan pemerintah dan presiden dan harus
melalui Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) baru kita
sosialisasikan," ujar Gubernur Bank Indonesia
terpilih Darmin Nasution di Gedung Bank
Indonesia, Jalan MH Thamrin, Sabtu (31/07/2010).

Darmin menuturkan, pihaknya akan segera
menyampaikan hasil final pembahasan internal
kepada pemerintah di tahun 2010. "Belum bisa
diputuskan sekarang berapa angka nol yang
dikurangi apakah 3 atau 4 namun hasil
pembahasan akan diusahakan disampaikan ke
pemerintah tahun 2010 ini," jelas Darmin.

Pada kesempatan yang sama, Deputi Gubernur
Bank Indonesia S Budi Rochadi mengatakan,
dalam melakukan redenominasi membutuhkan
waktu antara empat sampai lima tahun.
"Prosesnya tidak singkat, harus membutuhkan 4
sampai 5 tahun," katanya.

Menurut Budi, diperlukan adanya penarikan uang
secara bertahap yang beredar di masyarakat.
Seperti diketahu uang pecahan Indonesia yang
terbesar saat ini Rp 100.000.

Uang rupiah saat ini tercatat mempunyai pecahan
terbesar kedua di dunia, terbesar pertama adalah
mata uang Vietnam yang mencetak 500.000
Dong. Namun tidak memperhitungkan negara
Zimbabwe, negara tersebut pernah mencetak 100
miliar dollar Zimbabwe dalam satu lembar mata
uang.

Budi menuturkan, untuk bisa melakukan
penyederhanaan satuan uang tersebut
membutuhkan sejumlah persyaratan. Setidaknya
ada tiga syarat yang mutlak dipenuhi yaitu kondisi
perekonomian yang stabil, inflasi rendah dan
stabil, serta adanya jaminan stabilitas harga.
"Hal yang paling sulit dilakukan dengan cepat dan
mudah adalah sosialisasi kepada seluruh
masyarakat Indonesia yang mencapai ratusan
juta jiwa," tukasnya.
(dru/ang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar